EFEK PENDEKATAN SUDUT
PADA AKURASI TENDANGAN PENALTI DAN KINEMATIK TENDANGAN PADA PEMAIN-PEMAIN
SEPAKBOLA REKREASI
Joanna Scurr dan Ben Hall
Department of Sport and Exercise Science, University
of Portsmouth, Portsmouth, UK
ABSTRAK
Akurasi tendangan adalah komponen yang sangat
penting dalam menendang penalti, yang mana dipengaruhi oleh sudut tendangan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pengambilan sudut
tendangan terhadap akurasi tendangan dan tiga dimensi kinematik tendangan pada
tendangan penalti. 7 laki-laki pemain sepakbola rekreasi amatir berusia
rata-rata 26 ± 3 tahun, masa tubuh 74.0
± 6.8 kg, tinggi badan 1.74 ± 0.06 m, yang sebagian besar dominan kaki kanan,
menendang penalti ke target 0.6 x 0.6 m pada gawang dengan ukuran maksimal dari
sudut yang mereka pilih sendiri, 30º, 45º dan 60º (arah tendangan adalah 0º).
Akurasi tendangan dan tiga dimensi kinematik direkam. Hasil penelitian
menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan dalam hal akurasi tendangan
(p<0.05) atau kecepatan bola (p=0.59) antara
pendekatan sudut-sudutnya. Rotasi panggul sangat
signifikan dengan pendekatan sudut di bawah 45º dan 60º daripada selama
pendekatan sudut dengan cara memilih sendiri (p<0.05). Penyimpangan paha
pada kaki yang menendang pada saat benturan dengan menggunakan sudut 60º jauh
lebih baik daripada memilih sendiri (p=0.01) dan dengan menggunakan sudut 30º.
Dapat disimpulkan bahwa perbedaan pemilihan sudut sendiri dalam menendang
penalti pada level pemain non-profesional tidak meningkatkan akurasi tendangan
ataupun kecepatan bola, meskipun mengubah aspek
teknik yang mendasarinya.
Kata-kata kunci :
biomekanik, tiga dimensi, tendangan kura-kura, sepakbola
PENDAHULUAN
Sepakbola
adalah olahraga paling populer di dunia (Less dan Nolan, 1998). Biomekanik
sering digunakan dalam sepakbola untuk mengukur karakteristik skill, untuk
memperoleh pengetahuan mengenai efektifitas mekaniknya dan mengetahui faktor-faktor
penting untuk mencapai performa maksimalnya (Lees dan Nolan, 1998). Tendangan
kura-kura telah menjadi subjek yang populer untuk diteliti dalam bidang
analisis dan penelitian biomekanik (Barfield, dkk., 2002; Dorge dkk., 2002;
Lees dan Nolan, 2002; Nunome dkk., 2002;
Shan and Westerhoff, 2005). Subjek-subjek
penelitiannya disuruh untuk menendang bola diam dari target yang berjarak 8- 12
m, sesuai dengan tendangan penalti. Kura-kura kaki sering digunakan ketika
mengambil tendangan penalti, sebagai kombinasi untuk meningkatkan kecepatan
bola dan akurasi tendangan agar bisa dijaga (Lees and Nolan, 1998).
Sedikit
penelitian dilakukan dalam aspek teknik tendangan penalti dalam olah raga
sepakbola (Morya dkk., 2003), meskipun hal ini sangat penting dalam kompetisi.
Ketika mengambil penalti, para pemain mungkin mengadopsi strategi ‘open loop’
dengan memilih salah satu sudut gawang sebagai sasaran, dengan mengindahkan
gerakan yang akan diambil oleh kipper (Kuhn, 1988). Mempertimbangkan akurasi
tendangan pemain professional modern, dan waktu yang diperlukan oleh kipper
untuk menjangkau sudut gawang (Morris dan Burwitz, 1989), sangat mengejutkan
bahwa 25% sampai 33% tendangan penalti pada kompetisi resmi meleset (Kuhn,
1988). Jadi, perlu adanya ujian terhadap faktor-faktor yang melandasi keberhasilan
tendangan penalti.
Tendangan
penalti adalah komponen penting dalam permainan sepakbola, dan dapat
didefinisikan sebagai kemampuan untuk menendang bola dalam area yang telah
ditetapkan (Finnoff dkk., 2002). Finnoff dkk. (2002) mengusulkan metode yang
valid dan reliable dalam mengukur akurasi adalah dengan mengukur jarak bola
dari target yang ditentukan. Metode ini memberikan informasi tentang derajat
akurasi sebagai gambaran untuk mempermudah kemampuan untuk mengenai atau
meleset dari target.
Ketika
mengambil tendangan penalti, seringkali pemain-pemain sepakbola mendekati bola
dengan (Kellis dkk., 2004). Pada permainan umumnya, pendekatan sudut ditentukan
oleh kehendak pemain dan situasi menendang (Lees dan Nolan, 1998). Pendekatan sudut yang ditentukan
biasanya digunakan sebagai orientasi tubuh untuk memperoleh keleluasaan gerak
pinggul dan lutut yang lebih baik, dan memungkinkan kaki yang menendang untuk
miring di bidang terdepan sehingga kaki itu bisa kemudian ditempatkan di bawah
bola, hal ini dapat menimbulkan benturan yang lebih baik terhadap bola (Lees dan
Nolan, 1998). Isokawa dan Lees (1988) meneliti efek pendekatan sudut pada
kinematik tendangan pada pelatih sepakbola. 6 subyek laki-laki mengambil sekali
langkah untuk menendang bola yang diam dengan menggunakan pendekatan sudut 0º,
15º, 30º, 45º, 60º dan 90º. Mereka menemukan bahwa pendekatan sudut 30º
sampai 45º adalah optimal, dengan
kecepatan maksimum tulang kering diperoleh pada sudut 30º dan kecepatan
maksimal bola diperoleh pada sudut 45º. Namun, mereka tidak meneliti pendekatan
sudut dengan akurasi tendangan, dan ditemukan juga bahwa belum pernah ada
penelitian lanjutan ya dilakukan untuk meneliti perbedaan pendekatan sudut dan
akurasi tendangan oleh pemain-pemain sepakbola non-profesional.
Sebagian
besar data kinematik yang dilaporkan dalam kepustakaan telah dianalisis
menggunakan dua dimensi, metode sagittal plane (Lees dan Nolan, 1998). Sedikit sekali penelitian tiga
dimensi pernah dilakukan (Brown dkk.,1993; Levanon dan Dapena, 1998; Rodano dan
Tavana, 1993) tetapi hal ini belum menunjukkan munculnya pergerakan khususnya
pada bidang garis potong, seperti rotasi pinggul. Peningkatan rotasi pinggul
saat menendang membuka pangkal paha, menyebabkan panggul bergerak melalui jarak
gerakan yang lebih luas dan memperlambat waktu benturan dengan bola, yang bisa
memberi dampak positif pada akurasi (Barfield, 1998). Lees dan Nolan (2002) membandingkan kinematik, termasuk
rotasi panggul, ketika menendang untuk kecepatan dan akurasi dengan menggunakan
analisis tiga dimensi, tetapi mereka tidak mengubah pendekatan sudutnya. Mereka
menemukan bahwa peningkatan kecepatan pada bola, ketika menendang untuk
kekuatan yang merupakan lawan dari akurasi, diasosiasikan dengan jarak
pergerakan pinggul dan lutut yang lebih baik.
Jelas
bahwa tendangan kura-kura, dalam hal tendangan penalti, telah menjadi subyek
pada sebagian besar penelitian biomekanik dalam hal menendang di bidang sepakbola.
Namun, muncul gap dalam kepustakaan, khususnya yang berhubungan dengan akurasi
tendangan penalti, dimana skill tidak dideskripsikan secara luas. Hubungan
antara pendekatan sudut, kinematik dan akurasi tendangan tetap menjadi misteri.
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian awal ini adalah untuk menguji efek
pendekatan sudut pada kinematik tiga dimensi dan akurasi tendangan penalti.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, di hipotesiskan bahwa pendekatan sudut 45° akan
secara sihnifikan meningkatkan akurasi tendangan dan kecepatan bola, saat
mengubah kinematik tendangan, dalam hal ini adalah meningkatkan rotasi panggul.
METODE
PENELITIAN
Subyek
Penelitian
7
laki-laki pemain sepakbola rekreasi amatir berusia rata-rata 26 ± 3 tahun, masa tubuh 74.0 ± 6.8 kg, tinggi
badan 1.74 ± 0.06 m, secara sukarela berpartisipasi dalam penelitian ini. Semua
subyek telah berpengalaman dalam permainan rekreasi selama minimum 5 tahun,
yang semuanya dominan menggunakan kaki kanan dan memiliki pengalaman dalam
mengambil tendangan penalti baik di latihan maupun pertandingan. Semua subyek
telah secara kelembagaan diizinkan untuk menjadi penelitian ini.
Prosedur
Penelitian
Penelitian
ini dilakukan diluar ruangan pada lapangan sepakbola buatan dan semua subyek
memakai astro turf trainers mereka.
Semua subyek mengikuti pemanasan, latihan pelemasan dan 6 latihan pembisaaan
dengan menyuruh setiap subyek menendang penalti dengan semua sudut, dengan
menekankan pada akurasi, menggunakan kura-kura kaki dengan kecepatan yang bisaanya
mereka gunakan saat menendang penalti. Semua subyek secara total menendang 24
penalti, menggunakan bola standar ukuran 5, dengan target 0.6 x 0.6 m plywood yang
ditempatkn di sudut kanan bawah pada gawang berukuran (7.32 x 2.44 m). Pusat
target ditandai dengan tanda silang. Empat pendekatan sudut digunakan; sudut
yang dipilih sendiri, 30º, 45º dan 60º, dengan garis tegak lurus 0º terhadap
tiang gawang. Sudut yang dipilih sendiri digunakan pertama, diikuti dengan tiga
pendekatan sudut yang diujikan dengan urutan acak; hal ini ditandai jelas
dengan astro turf untuk diikuti oleh
subyek. Jarak pendekatan dipilih subyek untuk menstimulasikan situasi menendang
penalti; sebagian besar subyek mengambil antara 3-5 langkah. Jarak pada
pendekatan yang dipilih oleh subyek ditentukan saat latihan pembisaaan dan
tetap konsisten selama test. 6 percobaan direkam pada setiap kondisi.
8
poin frame pengujian digunakan untuk menguji ruang dimana subyek melakukan
tendangan (penalti spot). Semua tendangan direkam secara visual menggunakan 2
kamera digital 50 Hz (Sony, TRV 900E) pada shutter speed 10 kHz. Satu kamera
diposisikan di sebelah kiri gawang dan yang lainnya pada sudut 95º berbeda
dengan kamera pertama, 5m ke kanan gawang. Untuk semua target tendangan
difilmkan menggunakan digital kamera 25 Hz (JVC, GX N7S) untuk menganalisa
akutrasinya. Kamera ini diposisikan pada jarak sekitar 30 m secara langusng
segaris dengan target, menangkap pandangan lapangan sekitar 3 m kesamping dan
keatas target. Tanda-tanda ditempel pada tanda anatomi pada kedua sisi badan, tubercle of humerus yang lebih besar, trochanter yang lebih besar, anterior superior illiac spine, lateral
femoral epicondyles, lateral malleolus dan aspek lateral dari metatarsal
kelima.
Analisis
Data
Semua
tendangan pada tiap kondisi, akurasinya direkam dengan jarak dari pusat bola ke
pusat target dalam hitungan meter menggunakan software SiliconCOACH Pro (versi
5.1.5.0, New Zealand). Penghitungan akurasi diambil 0.08 detik sebelum bola
menyentuh belakang net, dalam gawang adalah 1.8 m, nilai rata-rata kecepatan
bola adalah 24.3 m.s-1 (± 2.4 m.s-1) yang berarti bahwa pengukuran ini diambil 0.1
m sebelum garis gawang. Mengikuti analisis akurasi tendangan, tendangan paling
akurat pada tiap kondisi oleh tiap subyek dipilih untuk analisa kinematik.
Analisis kinematik dilakukan menggunakan digitalisasi semi-automatis pada
software Simi Motion 3D (versi 5.5, Simi Reality Motion Systems GmbH, Jerman), data
direkonstruksi dan dianalisis pada tiga dimensi menggunakan prosedur direct linear transformation. Kamera
disinkronisasikan menggunakan event synchronisation selama tubrukan kaki dengan bola. Rate frame kamera disinkronisasikan pada
software Simi, dengan mengukur waktu antara kamera di sinyal DV dan tiba pada
port Firewire (memberi akurasi ± 0.01 detik). Tanda-tanda anatomi yang telah
dipilih didigitalisasi, bersama dengan pusat bola.
Beragam
variabel kinematik dipilih untuk mengidentifikasi aspek-aspek kunci pada suatu
performa; kecepatan bola mutlak maksimal, sudut penyimpangan tulang kering
(diproyeksikan pada bidang paling depan), kemiringan panggul anterioposterior (diproyeksikan
pada bidang yang lentur), sudut penyimpangan paha (diproyeksikan pada bidang
paling depan), pergelangan kaki dorsiflexion (diproyeksikan pada bidang yang
lentur), kelenturan pinggul (diproyeksikan pada bidang yang lentur) kelenturan
lutut dan kaki pendukung (diproyeksikan pada bidang yang lentur); rotasi garis
potong panggul (sekitar garis vertical) dan jarak pergerakan kelenturan lutut
dari permulaan sampai selesai menendang. Pemindahan dukungan kaki yang lain dan
pantat dari bola saat benturan juga diukur sebagai aspek sampingan dari
metatarsal kelima terhadap pusat bola.
Analisis
Statistik
Analisis
statistik dilakukan menggunakan SPSS (v12.0.1). Semua data diperiksa
kenormalannya dengan menggunkan tes Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk, dimana
normalitas diasumsikan jika p > 0.05. Non-parametric Friedman dengan tes
Post Hoc (Mann-Whitney U) digunakan untuk membandingkan perbedaan akurasi tiap
pendekatan sudut yang diambil. Perbedaan parametrik dalam kinematik tendangan
antara kondisi pendekatan dianalisa menggunakan pengulangan ukuran MANOVA (dengan
pendekatan sudut sebagai variable bebas dan kinematik tendangan sebagai
variable terikat). Variable akurasi tendangan dan kecepatan bola menunjukkan
kekuatan dalam statistic sebesar 0.8. Dengan level alpha p <0.05 dibuat
untuk semua tes statistik.
TABEL
1
Rata-rata
(±standar deviasi) nilai untuk akurasi tendangan dan kecepatan bola maksimal
pada tiap kondisi pendekatan sudut.
Kondisi
pendekatan
|
Pilihan
sendiri
30.3º
(15.2º)
|
30º
|
45º
|
60º
|
Akurasi
(m)
|
.94 (.67)
|
1.21 (.65)
|
1.09 (.73)
|
1.13 (.68)
|
Kecepatan
bola (ms-1)
|
25.15 (2.07)
|
24.23 (2.30)
|
24.47 (2.12)
|
23.51 (2.36)
|
Hasil
Penelitian
Sudut
yang dipilih sendiri adalah 30.3 ± 15.2º (rata-rata ± s); jarak = 39º. Rata-rata
hasil akurasi tendangan, menggambarkan jarak (dalam meter) dari pusat target,
dibawah kondisi keempat pendekatan (lihat tabel 1) adalah sama (X2 = 3.97,3, p
= 0.26). Semua subyek juga menunjukkan kecepatan bola yang sama untuk setipa
pendekatan sudut (F = 0.65,3, p = 0.59).
Data
pada tabel 2 menunjukkan nilai rata-rata ciri-ciri kinematik tendangan saat
benturan. Sudut penyimpangan paha tiap subyek meningkat seiring dengan
meningkatnya pendekatan sudut yang diambil, memungkinkan paha kaki yang
menendang menjadi menyimpang saat benturan. Sudut penyimpangan paha dibawah
pendekatan 60º lebih besar ketimbang pendekatan sudut dengan dipilih sendiri (p
= 0.01) dan pendekatan 30º (p = 0.04). Tidak ada perbedaan signifikan diantara
semua pendekatan sudut untuk semua variable kinematik yang ditunjukkan pada tabel
2 (p > 0.05).
Data
pada tabel 3 menunjukkan rotasi panggul dan pergerakan jarak kelenturan lutut
dari permulaan sampai selesai menendang. Subyek menunjukkan rotasi panggul yang
lebih besar ketika menggunakan pendekatan sudut yang lebih besar. Nilai dibawah
pendekatan sudut 45º dan 60º secara signifikan lebih besar daripada saat pendekatan
sudut yang dipilih sendiri (p < 0.05). tidak terdapat perbedaan yang
signifikan ditemukan pada pergerakan jarak kelenturan lutut antara tiap
pendekatan sudut (F = 2.76,3, p = 0.06).
Diskusi
Hasil
penelitian awal ini menunjukkan akurasi tendangan penalti tidak bisa
ditingkatkan dengan mengubah pendekatan sudut pemain-pemain rekreasi (Tabel 1),
yang mana gagal menunjukkan hasil untuk mendukung hipotesis penelitian pertama.
Karena sedikitnya penelitian tentang efek pendekatan sudut pada akurasi tendangan
pada level amatir, maka hanya sedikit perbandingan yang bisa dilakukan. Dengan
pemain-pemain professional, Isokawa dan Lees (1988) melaporkan pendekatan sudut
30º sampai 45º akan optimal karena kecepatan maksimum tulang kering dan bola,
tetapi mereka tidak mengukur akurasi tendangan. Kemampuan subyek mungkin dapat
menjelaskan pengukuran akurasi secara garis besar, dan konsekuensinya adalah
kurang berkembangnya performa. Telah dijelaskan bahwa tendangan bisa
ditingkatkan dengan latihan dan merupakan skill paling berkembang pada
pemain-pemain profesional, dimana pemain-pemain amatir menunjukkan ketidakkonsistenan
koordinasi pergerakan (Davids dkk., 2000; Lees dan Nolan, 1998).
Tabel
2
Rata-rata
(±standar deviasi) deskriptor kinematik tendangan saat benturan pada tiap
kondisi pendekatan sudut.
Kondisi
pendekatan
|
Pilihan
sendiri
30.3º
(15.2º)
|
30º
|
45º
|
60º
|
Sudut
(derajat)
|
|
|
|
|
Dorsiflexion
pergelangan kaki
|
130.2 (11)
|
129.6 (11.1)
|
132.3 (11.6)
|
130.3 (13.3)
|
Penyimpangan
tulang kering
|
21.3 (84)
|
20.6 (6.6)
|
27.4 (8.5)
|
28.9 (7.2)
|
Kelenturan
lutut
|
156.2 (10.1)
|
162.2 (8.8)
|
160.5 (9.7)
|
163.7 (9.8)
|
Kelenturan
lutut kaki penunjang
|
135.3 (7.8)
|
141.4 (10.9)
|
136.7 (7.8)
|
140.6 (7.5)
|
Kelenturan
pinggul
|
147.6 (5)
|
148.5 (3.3)
|
149.9 (5.4)
|
153.1 (5.2)
|
Penyimpangan
paha
|
20 (9)*
|
21.9 (7.5) *
|
29.9 (8.3)
|
33 (3.5)
|
Kemiringan
panggul
|
7.4 (4.8)
|
6.4 (4.2)
|
9 (4.6)
|
7.7 (2.7)
|
Penempatan
(cm)
|
|
|
|
|
Penempatan
kaki penunjang sampingan dari bola
|
32.7 (7)
|
31.1 (7.7)
|
34.6 (6.1)
|
41 (13.5)
|
Penempatan
posteriror kaki penunjang dari bola
|
9.7 (8.1)
|
10.6 (9.2)
|
11.3 (9.1)
|
11.7(5.3)
|
*Secara signifikan berbeda dengan pendekatan 60º
(p<0.05)
Tabel
3
Rata-rata
(±standar deviasi) jarak pergerakan dalam derajat pada tiap kondisi pendekatan
sudut.
Kondisi
pendekatan
|
Pilihan
sendiri
30.3º
(15.2º)
|
30º
|
45º
|
60º
|
Rotasi
panggul
|
26.6 (11.7)
|
38.1 (17.5)
|
54.2 (9.5) *
|
55.9 (13.9) *
|
Kelenturan
lutut
|
68.1 (18.6)
|
71.9 (19.5)
|
86.1 (13.1)
|
89.4 (14.3)
|
*Secara signifikan berbeda dengan pendekatan sudut
yang dipilih sendiri (p<0.05)
Kecepatan
bola tetap sama di semua kondisi pendekatan (Tabel 1), yang juga gagal
mendukung hipotesis penelitian pertama. Dengan pengecualian pada Isokawa dan Lees
(1988) yang mana terdapat sedikit penelitian tentang efek pendekatan sudut pada
kecepatan bola. Isokawa dan Lees (1988) menemukan bahwa pendekatan sudut 45°
sangat optimal untuk kecepatan bola maksimal pada pemain-pemain professional.
Pada penelitian ini yang mana mengubah sudut yang dipilih sendiri oleh
pemain-pemain rekreasi menunjukkan tidak adanya peningkatan dalam hal kecepatan
bola.
Ada
bukti yang memperluas bahwa aspek pengubahan pendekatan sudut walaupun ada teknik
yang menggarisbawahinya tidak meningkatkan hasil tendangan. Rotasi panggul
secara signifikan lebih besar dari pendekatan sudut 45º dan 60º dibandingkan
dengan sudut yang dipilih sendiri (Tabel 3), yang secara parsial mendukung
hipotesis penelitian kedua. Data rotasi pangguljuga mendukung Lees dan Nolan (1998)
deskripsi pergerakan yang mana pendekatan sudut 45º membuka pinggul sebelum
benturan, memungkinkan panggul bergerak melewati jarak pergerakan yang lebih
luas selama menendang. Jarak pergerakan panggul ynag lebih luas memungkinkan
penendang untuk tetap menyentuh bola dalam waktu yang lebih lama, meningkatkan
kemungkinan untuk menendang tepat sasaran (Barfield, 1998). Bagaimanapun juga,
tidak ada bukti yang menyatakan bahwa peningkatan teknik ini meningkatkan hasil
tendangan para pemain-pemain rekreasi.
Sudut
penyimpangan subyek meningkat seiring dengan meningkatknya pendekatan sudut (Tabel
2) menyebabkan paha kaki yang menendang menjadi lebih menyimpang saat benturan.
Hal ini mendukung deskripsi pergerakan Davids dkk. (2000) yang menyatakan bahwa
pendekatan sudut sekitar 45º atau lebih akan memiringkan tubuh ke satu sisi,
mengangkat pinggul kaki yang menendang, memungkinkan paha dan tulang erring
menjadi miring pada latar depan. Hal ini memungkinkan kaki yang menendang
kemudian menjadi dibawah bola, yang seperti telah dilaporkan meningkatkan
benturan terhadap bola (Lees dan Nolan, 1998). Hal ini sebagai bukti pada
penelitian ini bahwa peningkatan ini pada teknik tidak meningkatkan hasil
tendangan pada pemain-pemain rekreasi.
Mengubah
pendekatan sudut menunjukkan tidak ada efek signifikan pda sebagian besar
analisa kinematik pada pemain-pemain rekreasi: dorsiflexon pergelangan kaki, penyimpangan
tulang kering, kelenturan lutut saat menendang dan kaki pendukung, kelenturan
pinggul, kemiringan panggul, shank abduction, bantuan kaki samping dan
penempatan pantat, jarak kelenturan lutut pergerakan semuanya sama untuk setiap
pendekatan sudut (p > 0.05). Kelenturan lutut pada kaki pendukung saat
benturan (tabel 2) sama dengan sepeti yang dilaporkan oleh Lees dan Nolan
(2002). Lees dan Nolan (2002) menemukan bahwa meninkatkan kelenturan lutut
menurunkan tubuh dan memungkinkan kaki yang menendang sedikit lentur saat
benturan, hai ini memungkinkan benturan bbola yang benar dan meningkatkan
kecepata bola pada pemain professional, namun, hanya ada sedikit penelitian
tentang pemain-pemain rekreasi untuk membandingkan penelitian ini. Data
penempatan kaki penunjang (tabel 2) dibawah pendekatan sudut yang dipilih
sendiri dan 30º sama dengan yang dilaporkan oleh McLean dan Tumilty (1993) dan
Hay (1985), sekitar 30 cm ke samping dan 10 cm dibelakang bola.
Penempatan
target di satu sudut gawang memberikan validasi ekologi lebih pada
metodologinya. Finnoff dkk. (2002) menempatkan target pada tengah-tengah gawang
untuk menganalisa akurasi tendangan. Bagaimanapun juga, pada prakteknya
pemain-pemain sepakbola seringkali mencari salah satu sudut gawang saat
mengambil penalti, karena posisi kipper yang di tengah-tengah gawang.
Seringkali kipper akan sangat susah mementahkan tendangan penalti ketika bola
menjurus ke salah satu sudut gawang dengan kecepatan yang cukup. Untuk pemain
dengan dominan kaki kanan, pendekatan sudut yang tajam ketika menendang kearah
sudut kanan gawang mungkin memperdaya kipper yang kemungkinan mengantisipasinya
kearah sudut kiri gawang karena arah pendekatan mereka.
Hal
ini menarik ketika mengetahui bahwa perubahan signifikan pada kinematik dari
berbagai macam pendekatan sudut tidak mempengaruhi akurasi tendangan dan
kecepatan bola selama menendang penalti pada pemain-pemain rekreasi. Hal ini menganjurkan
bahwa faktor-faktor tersebut (kinematik dan pendekatan sudut) tidak penting
dalam latihan akurasi pada pemain-pemain rekreasi, penelitian lanjutan diperlukan
untuk mengetahui faktor-faktor penting untuk latihan akurasi pada level pemain
ini. Kekurangan penemuan penelitian ini membatasi rekomendasi yang bisa
dianjurkan untuk meningkatkan akurasi tendangan pada pemain-pemain rekreasi,
namun, akan sangat menarik jika menerapkan penelitian seperti ini pada pemain
professional. Peneliian lanjutan pada bidang ini bisa bermanfaat dari ukuran
sampel besar, namun, untuk tujuan perbandingan penelitian ini menggunakan
ukuran sampel yang sama dengan Lees dan Nolan (1998) dan memberikan data awal
pada bidang baru ini. Penggunaan permukaan buatan dan pelatih astro turf mungkin
telah menjadi batasan, sebagaimana sedikit pertandingan sepakbola dimainkan
dalam kondisi ini. Penelitian lanjutan harus menggunakan permukaan permainan
asli dan alas kaki. Akhir kata, penelitian lanjutan pada bidang ini mungkin
bermanfaat dari periode intervensi untuk mengizinkan subyek untuk mengadopsi
kondisi eksperimen.
Kesimpulan
Untuk
pemain-pemain sepakbola rekreasi dapat disimpulkan bahwa mengubah pendekatan
sudut yang dipilih sendiri tidak meningkatkan akurasi tendangan dan kecepatan
bolasaat menendang penalti. Namun, menendang dari pendekatan sudut 45º dan 60º
dapat mengubah aspek teknik tendangan, seperti meningkatkan rotasi panggul dan penyimpangan
paha pada kaki yang menendang saat benturan, yang dilaporkan memungkinkan
benturan yang leih baik dengan bola (Barfield, 1998; Davids dkk., 2000; Lees
dan Nolan, 1998). Sangat menarik untuk mencatat perbedaan teknik pada
pemain-pemain rekreasi, penelitian lanjutan dibutuhkan untuk menentukan apakah perubahan
ini jelas pada pemain-pemain proofesional, dan sebagai hasil untuk meningkatkan
performa hasil tendangan
Kata
Pengantar
Kami
berterima kasih kepada Jurusan Ilmu Olahraga dan Kepelatihan, Universitas Portsmouth
untuk pendaan penelitian ini. Selain itu juga untuk semua orang yang telah
menyediakan waktunya untuk keberlangsungan penelitian ini.
1 komentar:
istimewa frend,,,tapi nti kalau q copy trs sama ,,,wahhhh bisa kena deh ama pak wid,,,,wkwkwkwkw just kidding,,,
Posting Komentar