Selasa, 27 November 2012

JURNAL KINESIOLOGI DAN BIOMEKANIKA



EFEK PENDEKATAN SUDUT PADA AKURASI TENDANGAN PENALTI DAN KINEMATIK TENDANGAN PADA PEMAIN-PEMAIN SEPAKBOLA REKREASI

Joanna Scurr dan Ben Hall
Department of Sport and Exercise Science, University of Portsmouth, Portsmouth, UK

ABSTRAK
Akurasi tendangan adalah komponen yang sangat penting dalam menendang penalti, yang mana dipengaruhi oleh sudut tendangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pengambilan sudut tendangan terhadap akurasi tendangan dan tiga dimensi kinematik tendangan pada tendangan penalti. 7 laki-laki pemain sepakbola rekreasi amatir berusia rata-rata 26  ± 3 tahun, masa tubuh 74.0 ± 6.8 kg, tinggi badan 1.74 ± 0.06 m, yang sebagian besar dominan kaki kanan, menendang penalti ke target 0.6 x 0.6 m pada gawang dengan ukuran maksimal dari sudut yang mereka pilih sendiri, 30º, 45º dan 60º (arah tendangan adalah 0º). Akurasi tendangan dan tiga dimensi kinematik direkam. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan dalam hal akurasi tendangan (p<0.05) atau kecepatan bola (p=0.59) antara pendekatan sudut-sudutnya. Rotasi panggul sangat signifikan dengan pendekatan sudut di bawah 45º dan 60º daripada selama pendekatan sudut dengan cara memilih sendiri (p<0.05). Penyimpangan paha pada kaki yang menendang pada saat benturan dengan menggunakan sudut 60º jauh lebih baik daripada memilih sendiri (p=0.01) dan dengan menggunakan sudut 30º. Dapat disimpulkan bahwa perbedaan pemilihan sudut sendiri dalam menendang penalti pada level pemain non-profesional tidak meningkatkan akurasi tendangan ataupun kecepatan bola, meskipun mengubah aspek teknik yang mendasarinya.

Kata-kata kunci           : biomekanik, tiga dimensi, tendangan kura-kura, sepakbola

PENDAHULUAN
Sepakbola adalah olahraga paling populer di dunia (Less dan Nolan, 1998). Biomekanik sering digunakan dalam sepakbola untuk mengukur karakteristik skill, untuk memperoleh pengetahuan mengenai efektifitas mekaniknya dan mengetahui faktor-faktor penting untuk mencapai performa maksimalnya (Lees dan Nolan, 1998). Tendangan kura-kura telah menjadi subjek yang populer untuk diteliti dalam bidang analisis dan penelitian biomekanik (Barfield, dkk., 2002; Dorge dkk., 2002; Lees dan  Nolan, 2002; Nunome dkk., 2002; Shan and Westerhoff, 2005).  Subjek-subjek penelitiannya disuruh untuk menendang bola diam dari target yang berjarak 8- 12 m, sesuai dengan tendangan penalti. Kura-kura kaki sering digunakan ketika mengambil tendangan penalti, sebagai kombinasi untuk meningkatkan kecepatan bola dan akurasi tendangan agar bisa dijaga  (Lees and Nolan, 1998).
Sedikit penelitian dilakukan dalam aspek teknik tendangan penalti dalam olah raga sepakbola (Morya dkk., 2003), meskipun hal ini sangat penting dalam kompetisi. Ketika mengambil penalti, para pemain mungkin mengadopsi strategi ‘open loop’ dengan memilih salah satu sudut gawang sebagai sasaran, dengan mengindahkan gerakan yang akan diambil oleh kipper (Kuhn, 1988). Mempertimbangkan akurasi tendangan pemain professional modern, dan waktu yang diperlukan oleh kipper untuk menjangkau sudut gawang (Morris dan Burwitz, 1989), sangat mengejutkan bahwa 25% sampai 33% tendangan penalti pada kompetisi resmi meleset (Kuhn, 1988). Jadi, perlu adanya ujian terhadap faktor-faktor yang melandasi keberhasilan tendangan penalti.
Tendangan penalti adalah komponen penting dalam permainan sepakbola, dan dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk menendang bola dalam area yang telah ditetapkan (Finnoff dkk., 2002). Finnoff dkk. (2002) mengusulkan metode yang valid dan reliable dalam mengukur akurasi adalah dengan mengukur jarak bola dari target yang ditentukan. Metode ini memberikan informasi tentang derajat akurasi sebagai gambaran untuk mempermudah kemampuan untuk mengenai atau meleset dari target.
Ketika mengambil tendangan penalti, seringkali pemain-pemain sepakbola mendekati bola dengan (Kellis dkk., 2004). Pada permainan umumnya, pendekatan sudut ditentukan oleh kehendak pemain dan situasi menendang (Lees dan  Nolan, 1998). Pendekatan sudut yang ditentukan biasanya digunakan sebagai orientasi tubuh untuk memperoleh keleluasaan gerak pinggul dan lutut yang lebih baik, dan memungkinkan kaki yang menendang untuk miring di bidang terdepan sehingga kaki itu bisa kemudian ditempatkan di bawah bola, hal ini dapat menimbulkan benturan yang lebih baik terhadap bola (Lees dan Nolan, 1998). Isokawa dan Lees (1988) meneliti efek pendekatan sudut pada kinematik tendangan pada pelatih sepakbola. 6 subyek laki-laki mengambil sekali langkah untuk menendang bola yang diam dengan menggunakan pendekatan sudut 0º, 15º, 30º, 45º, 60º dan  90º.  Mereka menemukan bahwa pendekatan sudut 30º sampai  45º adalah optimal, dengan kecepatan maksimum tulang kering diperoleh pada sudut 30º dan kecepatan maksimal bola diperoleh pada sudut 45º. Namun, mereka tidak meneliti pendekatan sudut dengan akurasi tendangan, dan ditemukan juga bahwa belum pernah ada penelitian lanjutan ya dilakukan untuk meneliti perbedaan pendekatan sudut dan akurasi tendangan oleh pemain-pemain sepakbola non-profesional.
Sebagian besar data kinematik yang dilaporkan dalam kepustakaan telah dianalisis menggunakan dua dimensi, metode sagittal plane (Lees dan  Nolan, 1998). Sedikit sekali penelitian tiga dimensi pernah dilakukan (Brown dkk.,1993; Levanon dan Dapena, 1998; Rodano dan Tavana, 1993) tetapi hal ini belum menunjukkan munculnya pergerakan khususnya pada bidang garis potong, seperti rotasi pinggul. Peningkatan rotasi pinggul saat menendang membuka pangkal paha, menyebabkan panggul bergerak melalui jarak gerakan yang lebih luas dan memperlambat waktu benturan dengan bola, yang bisa memberi dampak positif pada akurasi (Barfield, 1998). Lees dan  Nolan (2002) membandingkan kinematik, termasuk rotasi panggul, ketika menendang untuk kecepatan dan akurasi dengan menggunakan analisis tiga dimensi, tetapi mereka tidak mengubah pendekatan sudutnya. Mereka menemukan bahwa peningkatan kecepatan pada bola, ketika menendang untuk kekuatan yang merupakan lawan dari akurasi, diasosiasikan dengan jarak pergerakan pinggul dan lutut yang lebih baik.
Jelas bahwa tendangan kura-kura, dalam hal tendangan penalti, telah menjadi subyek pada sebagian besar penelitian biomekanik dalam hal menendang di bidang sepakbola. Namun, muncul gap dalam kepustakaan, khususnya yang berhubungan dengan akurasi tendangan penalti, dimana skill tidak dideskripsikan secara luas. Hubungan antara pendekatan sudut, kinematik dan akurasi tendangan tetap menjadi misteri. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian awal ini adalah untuk menguji efek pendekatan sudut pada kinematik tiga dimensi dan akurasi tendangan penalti. Berdasarkan penelitian sebelumnya, di hipotesiskan bahwa pendekatan sudut 45° akan secara sihnifikan meningkatkan akurasi tendangan dan kecepatan bola, saat mengubah kinematik tendangan, dalam hal ini adalah meningkatkan rotasi panggul.

METODE PENELITIAN
Subyek Penelitian
7 laki-laki pemain sepakbola rekreasi amatir berusia rata-rata 26  ± 3 tahun, masa tubuh 74.0 ± 6.8 kg, tinggi badan 1.74 ± 0.06 m, secara sukarela berpartisipasi dalam penelitian ini. Semua subyek telah berpengalaman dalam permainan rekreasi selama minimum 5 tahun, yang semuanya dominan menggunakan kaki kanan dan memiliki pengalaman dalam mengambil tendangan penalti baik di latihan maupun pertandingan. Semua subyek telah secara kelembagaan diizinkan untuk menjadi penelitian ini.

Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan diluar ruangan pada lapangan sepakbola buatan dan semua subyek memakai astro turf trainers mereka. Semua subyek mengikuti pemanasan, latihan pelemasan dan 6 latihan pembisaaan dengan menyuruh setiap subyek menendang penalti dengan semua sudut, dengan menekankan pada akurasi, menggunakan kura-kura kaki dengan kecepatan yang bisaanya mereka gunakan saat menendang penalti. Semua subyek secara total menendang 24 penalti, menggunakan bola standar ukuran 5, dengan target 0.6 x 0.6 m plywood yang ditempatkn di sudut kanan bawah pada gawang berukuran (7.32 x 2.44 m). Pusat target ditandai dengan tanda silang. Empat pendekatan sudut digunakan; sudut yang dipilih sendiri, 30º, 45º dan 60º, dengan garis tegak lurus 0º terhadap tiang gawang. Sudut yang dipilih sendiri digunakan pertama, diikuti dengan tiga pendekatan sudut yang diujikan dengan urutan acak; hal ini ditandai jelas dengan astro turf untuk diikuti oleh subyek. Jarak pendekatan dipilih subyek untuk menstimulasikan situasi menendang penalti; sebagian besar subyek mengambil antara 3-5 langkah. Jarak pada pendekatan yang dipilih oleh subyek ditentukan saat latihan pembisaaan dan tetap konsisten selama test. 6 percobaan direkam pada setiap kondisi.
8 poin frame pengujian digunakan untuk menguji ruang dimana subyek melakukan tendangan (penalti spot). Semua tendangan direkam secara visual menggunakan 2 kamera digital 50 Hz (Sony, TRV 900E) pada shutter speed 10 kHz. Satu kamera diposisikan di sebelah kiri gawang dan yang lainnya pada sudut 95º berbeda dengan kamera pertama, 5m ke kanan gawang. Untuk semua target tendangan difilmkan menggunakan digital kamera 25 Hz (JVC, GX N7S) untuk menganalisa akutrasinya. Kamera ini diposisikan pada jarak sekitar 30 m secara langusng segaris dengan target, menangkap pandangan lapangan sekitar 3 m kesamping dan keatas target. Tanda-tanda ditempel pada tanda anatomi pada kedua sisi badan, tubercle of humerus yang lebih besar, trochanter yang lebih besar, anterior superior illiac spine, lateral femoral epicondyles, lateral malleolus dan aspek lateral dari metatarsal kelima.

Analisis Data
Semua tendangan pada tiap kondisi, akurasinya direkam dengan jarak dari pusat bola ke pusat target dalam hitungan meter menggunakan software SiliconCOACH Pro (versi 5.1.5.0, New Zealand). Penghitungan akurasi diambil 0.08 detik sebelum bola menyentuh belakang net, dalam gawang adalah 1.8 m, nilai rata-rata kecepatan bola adalah 24.3 m.s-1 (± 2.4 m.s-1) yang berarti bahwa pengukuran ini diambil 0.1 m sebelum garis gawang. Mengikuti analisis akurasi tendangan, tendangan paling akurat pada tiap kondisi oleh tiap subyek dipilih untuk analisa kinematik. Analisis kinematik dilakukan menggunakan digitalisasi semi-automatis pada software Simi Motion 3D (versi 5.5, Simi Reality Motion Systems GmbH, Jerman), data direkonstruksi dan dianalisis pada tiga dimensi menggunakan prosedur direct linear transformation. Kamera disinkronisasikan menggunakan event synchronisation  selama tubrukan kaki dengan bola. Rate frame kamera disinkronisasikan pada software Simi, dengan mengukur waktu antara kamera di sinyal DV dan tiba pada port Firewire (memberi akurasi ± 0.01 detik). Tanda-tanda anatomi yang telah dipilih didigitalisasi, bersama dengan pusat bola.
Beragam variabel kinematik dipilih untuk mengidentifikasi aspek-aspek kunci pada suatu performa; kecepatan bola mutlak maksimal, sudut penyimpangan tulang kering (diproyeksikan pada bidang paling depan), kemiringan panggul anterioposterior (diproyeksikan pada bidang yang lentur), sudut penyimpangan paha (diproyeksikan pada bidang paling depan), pergelangan kaki dorsiflexion (diproyeksikan pada bidang yang lentur), kelenturan pinggul (diproyeksikan pada bidang yang lentur) kelenturan lutut dan kaki pendukung (diproyeksikan pada bidang yang lentur); rotasi garis potong panggul (sekitar garis vertical) dan jarak pergerakan kelenturan lutut dari permulaan sampai selesai menendang. Pemindahan dukungan kaki yang lain dan pantat dari bola saat benturan juga diukur sebagai aspek sampingan dari metatarsal kelima terhadap pusat bola.

Analisis Statistik
Analisis statistik dilakukan menggunakan SPSS (v12.0.1). Semua data diperiksa kenormalannya dengan menggunkan tes Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk, dimana normalitas diasumsikan jika p > 0.05. Non-parametric Friedman dengan tes Post Hoc (Mann-Whitney U) digunakan untuk membandingkan perbedaan akurasi tiap pendekatan sudut yang diambil. Perbedaan parametrik dalam kinematik tendangan antara kondisi pendekatan dianalisa menggunakan pengulangan ukuran MANOVA (dengan pendekatan sudut sebagai variable bebas dan kinematik tendangan sebagai variable terikat). Variable akurasi tendangan dan kecepatan bola menunjukkan kekuatan dalam statistic sebesar 0.8. Dengan level alpha p <0.05 dibuat untuk semua tes statistik.
TABEL 1
Rata-rata (±standar deviasi) nilai untuk akurasi tendangan dan kecepatan bola maksimal pada tiap kondisi pendekatan sudut.
Kondisi pendekatan
Pilihan sendiri
30.3º (15.2º)
30º
45º
60º
Akurasi (m)
.94 (.67)
1.21 (.65)
1.09 (.73)
1.13 (.68)
Kecepatan bola (ms-1)
25.15 (2.07)
24.23 (2.30)
24.47 (2.12)
23.51 (2.36)

Hasil Penelitian
Sudut yang dipilih sendiri adalah 30.3 ± 15.2º (rata-rata ± s); jarak = 39º. Rata-rata hasil akurasi tendangan, menggambarkan jarak (dalam meter) dari pusat target, dibawah kondisi keempat pendekatan (lihat tabel 1) adalah sama (X2 = 3.97,3, p = 0.26). Semua subyek juga menunjukkan kecepatan bola yang sama untuk setipa pendekatan sudut (F = 0.65,3, p = 0.59).
Data pada tabel 2 menunjukkan nilai rata-rata ciri-ciri kinematik tendangan saat benturan. Sudut penyimpangan paha tiap subyek meningkat seiring dengan meningkatnya pendekatan sudut yang diambil, memungkinkan paha kaki yang menendang menjadi menyimpang saat benturan. Sudut penyimpangan paha dibawah pendekatan 60º lebih besar ketimbang pendekatan sudut dengan dipilih sendiri (p = 0.01) dan pendekatan 30º (p = 0.04). Tidak ada perbedaan signifikan diantara semua pendekatan sudut untuk semua variable kinematik yang ditunjukkan pada tabel 2 (p > 0.05).
Data pada tabel 3 menunjukkan rotasi panggul dan pergerakan jarak kelenturan lutut dari permulaan sampai selesai menendang. Subyek menunjukkan rotasi panggul yang lebih besar ketika menggunakan pendekatan sudut yang lebih besar. Nilai dibawah pendekatan sudut 45º dan 60º secara signifikan lebih besar daripada saat pendekatan sudut yang dipilih sendiri (p < 0.05). tidak terdapat perbedaan yang signifikan ditemukan pada pergerakan jarak kelenturan lutut antara tiap pendekatan sudut (F = 2.76,3, p = 0.06).

Diskusi
Hasil penelitian awal ini menunjukkan akurasi tendangan penalti tidak bisa ditingkatkan dengan mengubah pendekatan sudut pemain-pemain rekreasi (Tabel 1), yang mana gagal menunjukkan hasil untuk mendukung hipotesis penelitian pertama. Karena sedikitnya penelitian tentang efek pendekatan sudut pada akurasi tendangan pada level amatir, maka hanya sedikit perbandingan yang bisa dilakukan. Dengan pemain-pemain professional, Isokawa dan Lees (1988) melaporkan pendekatan sudut 30º sampai 45º akan optimal karena kecepatan maksimum tulang kering dan bola, tetapi mereka tidak mengukur akurasi tendangan. Kemampuan subyek mungkin dapat menjelaskan pengukuran akurasi secara garis besar, dan konsekuensinya adalah kurang berkembangnya performa. Telah dijelaskan bahwa tendangan bisa ditingkatkan dengan latihan dan merupakan skill paling berkembang pada pemain-pemain profesional, dimana pemain-pemain amatir menunjukkan ketidakkonsistenan koordinasi pergerakan (Davids dkk., 2000; Lees dan Nolan, 1998).
Tabel 2
Rata-rata (±standar deviasi) deskriptor kinematik tendangan saat benturan pada tiap kondisi pendekatan sudut.
Kondisi pendekatan
Pilihan sendiri
30.3º (15.2º)
30º
45º
60º
Sudut  (derajat)




Dorsiflexion pergelangan kaki
130.2 (11)
129.6 (11.1)
132.3 (11.6)
130.3 (13.3)
Penyimpangan tulang kering
21.3 (84)
20.6 (6.6)
27.4 (8.5)
28.9 (7.2)
Kelenturan lutut
156.2 (10.1)
162.2 (8.8)
160.5 (9.7)
163.7 (9.8)
Kelenturan lutut kaki penunjang
135.3 (7.8)
141.4 (10.9)
136.7 (7.8)
140.6 (7.5)
Kelenturan pinggul
147.6 (5)
148.5 (3.3)
149.9 (5.4)
153.1 (5.2)
Penyimpangan paha
20 (9)*
21.9 (7.5) *
29.9 (8.3)
33 (3.5)
Kemiringan panggul
7.4 (4.8)
6.4 (4.2)
9 (4.6)
7.7 (2.7)
Penempatan (cm)




Penempatan kaki penunjang sampingan dari bola
32.7 (7)
31.1 (7.7)
34.6 (6.1)
41 (13.5)
Penempatan posteriror kaki penunjang dari bola
9.7 (8.1)
10.6 (9.2)
11.3 (9.1)
11.7(5.3)
*Secara signifikan berbeda dengan pendekatan 60º (p<0.05)

Tabel 3
Rata-rata (±standar deviasi) jarak pergerakan dalam derajat pada tiap kondisi pendekatan sudut.
Kondisi pendekatan
Pilihan sendiri
30.3º (15.2º)
30º
45º
60º
Rotasi panggul
26.6 (11.7)
38.1 (17.5)
54.2 (9.5) *
55.9 (13.9) *
Kelenturan lutut
68.1 (18.6)
71.9 (19.5)
86.1 (13.1)
89.4 (14.3)
*Secara signifikan berbeda dengan pendekatan sudut yang dipilih sendiri (p<0.05)

Kecepatan bola tetap sama di semua kondisi pendekatan (Tabel 1), yang juga gagal mendukung hipotesis penelitian pertama. Dengan pengecualian pada Isokawa dan Lees (1988) yang mana terdapat sedikit penelitian tentang efek pendekatan sudut pada kecepatan bola. Isokawa dan Lees (1988) menemukan bahwa pendekatan sudut 45° sangat optimal untuk kecepatan bola maksimal pada pemain-pemain professional. Pada penelitian ini yang mana mengubah sudut yang dipilih sendiri oleh pemain-pemain rekreasi menunjukkan tidak adanya peningkatan dalam hal kecepatan bola.
Ada bukti yang memperluas bahwa aspek pengubahan pendekatan sudut walaupun ada teknik yang menggarisbawahinya tidak meningkatkan hasil tendangan. Rotasi panggul secara signifikan lebih besar dari pendekatan sudut 45º dan 60º dibandingkan dengan sudut yang dipilih sendiri (Tabel 3), yang secara parsial mendukung hipotesis penelitian kedua. Data rotasi pangguljuga mendukung Lees dan Nolan (1998) deskripsi pergerakan yang mana pendekatan sudut 45º membuka pinggul sebelum benturan, memungkinkan panggul bergerak melewati jarak pergerakan yang lebih luas selama menendang. Jarak pergerakan panggul ynag lebih luas memungkinkan penendang untuk tetap menyentuh bola dalam waktu yang lebih lama, meningkatkan kemungkinan untuk menendang tepat sasaran (Barfield, 1998). Bagaimanapun juga, tidak ada bukti yang menyatakan bahwa peningkatan teknik ini meningkatkan hasil tendangan para pemain-pemain rekreasi.
Sudut penyimpangan subyek meningkat seiring dengan meningkatknya pendekatan sudut (Tabel 2) menyebabkan paha kaki yang menendang menjadi lebih menyimpang saat benturan. Hal ini mendukung deskripsi pergerakan Davids dkk. (2000) yang menyatakan bahwa pendekatan sudut sekitar 45º atau lebih akan memiringkan tubuh ke satu sisi, mengangkat pinggul kaki yang menendang, memungkinkan paha dan tulang erring menjadi miring pada latar depan. Hal ini memungkinkan kaki yang menendang kemudian menjadi dibawah bola, yang seperti telah dilaporkan meningkatkan benturan terhadap bola (Lees dan Nolan, 1998). Hal ini sebagai bukti pada penelitian ini bahwa peningkatan ini pada teknik tidak meningkatkan hasil tendangan pada pemain-pemain rekreasi.
Mengubah pendekatan sudut menunjukkan tidak ada efek signifikan pda sebagian besar analisa kinematik pada pemain-pemain rekreasi: dorsiflexon pergelangan kaki, penyimpangan tulang kering, kelenturan lutut saat menendang dan kaki pendukung, kelenturan pinggul, kemiringan panggul, shank abduction, bantuan kaki samping dan penempatan pantat, jarak kelenturan lutut pergerakan semuanya sama untuk setiap pendekatan sudut (p > 0.05). Kelenturan lutut pada kaki pendukung saat benturan (tabel 2) sama dengan sepeti yang dilaporkan oleh Lees dan Nolan (2002). Lees dan Nolan (2002) menemukan bahwa meninkatkan kelenturan lutut menurunkan tubuh dan memungkinkan kaki yang menendang sedikit lentur saat benturan, hai ini memungkinkan benturan bbola yang benar dan meningkatkan kecepata bola pada pemain professional, namun, hanya ada sedikit penelitian tentang pemain-pemain rekreasi untuk membandingkan penelitian ini. Data penempatan kaki penunjang (tabel 2) dibawah pendekatan sudut yang dipilih sendiri dan 30º sama dengan yang dilaporkan oleh McLean dan Tumilty (1993) dan Hay (1985), sekitar 30 cm ke samping dan 10 cm dibelakang bola.
Penempatan target di satu sudut gawang memberikan validasi ekologi lebih pada metodologinya. Finnoff dkk. (2002) menempatkan target pada tengah-tengah gawang untuk menganalisa akurasi tendangan. Bagaimanapun juga, pada prakteknya pemain-pemain sepakbola seringkali mencari salah satu sudut gawang saat mengambil penalti, karena posisi kipper yang di tengah-tengah gawang. Seringkali kipper akan sangat susah mementahkan tendangan penalti ketika bola menjurus ke salah satu sudut gawang dengan kecepatan yang cukup. Untuk pemain dengan dominan kaki kanan, pendekatan sudut yang tajam ketika menendang kearah sudut kanan gawang mungkin memperdaya kipper yang kemungkinan mengantisipasinya kearah sudut kiri gawang karena arah pendekatan mereka.  
Hal ini menarik ketika mengetahui bahwa perubahan signifikan pada kinematik dari berbagai macam pendekatan sudut tidak mempengaruhi akurasi tendangan dan kecepatan bola selama menendang penalti pada pemain-pemain rekreasi. Hal ini menganjurkan bahwa faktor-faktor tersebut (kinematik dan pendekatan sudut) tidak penting dalam latihan akurasi pada pemain-pemain rekreasi, penelitian lanjutan diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor penting untuk latihan akurasi pada level pemain ini. Kekurangan penemuan penelitian ini membatasi rekomendasi yang bisa dianjurkan untuk meningkatkan akurasi tendangan pada pemain-pemain rekreasi, namun, akan sangat menarik jika menerapkan penelitian seperti ini pada pemain professional. Peneliian lanjutan pada bidang ini bisa bermanfaat dari ukuran sampel besar, namun, untuk tujuan perbandingan penelitian ini menggunakan ukuran sampel yang sama dengan Lees dan Nolan (1998) dan memberikan data awal pada bidang baru ini. Penggunaan permukaan buatan dan pelatih astro turf mungkin telah menjadi batasan, sebagaimana sedikit pertandingan sepakbola dimainkan dalam kondisi ini. Penelitian lanjutan harus menggunakan permukaan permainan asli dan alas kaki. Akhir kata, penelitian lanjutan pada bidang ini mungkin bermanfaat dari periode intervensi untuk mengizinkan subyek untuk mengadopsi kondisi eksperimen.

Kesimpulan
Untuk pemain-pemain sepakbola rekreasi dapat disimpulkan bahwa mengubah pendekatan sudut yang dipilih sendiri tidak meningkatkan akurasi tendangan dan kecepatan bolasaat menendang penalti. Namun, menendang dari pendekatan sudut 45º dan 60º dapat mengubah aspek teknik tendangan, seperti meningkatkan rotasi panggul dan penyimpangan paha pada kaki yang menendang saat benturan, yang dilaporkan memungkinkan benturan yang leih baik dengan bola (Barfield, 1998; Davids dkk., 2000; Lees dan Nolan, 1998). Sangat menarik untuk mencatat perbedaan teknik pada pemain-pemain rekreasi, penelitian lanjutan dibutuhkan untuk menentukan apakah perubahan ini jelas pada pemain-pemain proofesional, dan sebagai hasil untuk meningkatkan performa hasil tendangan

Kata Pengantar
Kami berterima kasih kepada Jurusan Ilmu Olahraga dan Kepelatihan, Universitas Portsmouth untuk pendaan penelitian ini. Selain itu juga untuk semua orang yang telah menyediakan waktunya untuk keberlangsungan penelitian ini.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

istimewa frend,,,tapi nti kalau q copy trs sama ,,,wahhhh bisa kena deh ama pak wid,,,,wkwkwkwkw just kidding,,,

Posting Komentar