Rabu, 28 November 2012

CLS Lolos dari Lubang Jarum Lagi



Kalahkan Hangtuah Melalui Overtime


Kalau ingin nonton pertandingan menegangkan, pilihlah laga CLS Knights Surabaya. Betapa tidak, dalam tiga laga pertama seri Bandung Speedy NBL Indonesia 2012-2013, mereka baru memastikan kemenangan pada detik akhir pertandingan. Bahkan, dalam laga ketiga melawan Hangtuah Sumsel Indonesia Muda kemarin (27/11), mereka butuh overtime untuk menang 75-72 di C-Tra Arena.

Yang kian membuat fans CLS sport jantung, dalam tiga laga itu CLS selalu tertinggal di kuarter-kuarter awal. Termasuk saat melawan Garuda Kukar Bandung dan Satya Wacana LBC Angsapura Salatiga. Baru di paro kedua pertandingan, Dimaz Muharri dkk bangkit.

Dalam pertandingan kemarin, CLS tertinggal 26-28 pada akhir kuarter kedua. Baru pada kuarter ketiga CLS balik unggul 45-43. Di kuarter keempat Hangtuah tidak menyerah. Mereka memaksakan overtimesetelah kedudukan imbang 67-67.

Babak overtime pun masih seru karena CLS hanya unggul 8-5. Kemenangan kemarin sekaligus menjadi revans atas kekalahan mengejutkan CLS dari Hangtuah musim lalu di C-Tra Arena.

Meski selalu lolos dari lubang jarum dan menang dalam tiga pertandingan awal, pelatih CLS Eduard Santos Vergeire mengaku tidak puas dengan kinerja timnya. Pelatih yang karib disapa Coach Dong itu menilai, performa timnya masih angin-anginan. Menurut pelatih asal Filipina tersebut, Dimaz Muharri dkk belum menunjukkan karakter bermain layaknya kandidat juara.

"Selalu dan selalu terjadi, anak-anak telat panas. Saya masih memiliki pekerjaan besar untuk membenahi masalah mental. Menurut saya, ini memang berasal dari mental," terang Coach Dong.

"Di dua pertandingan sebelumnya kami memulai dengan jelek, namun mengakhirinya dengan baik. Tapi, malam ini (tadi malam, Red) anak-anak memulai dengan jelek dan mengakhirinya dengan jelek. Meski saya melihat mereka bekerja keras untuk meraih kemenangan," lanjutnya.

Sekali lagi, Rachmad Febri Utomo menjadi bintang CLS. Pemain asal Solo, Jateng, tersebut sukses menjadi top scorer dengan raihan 24 poin. Dia juga sering membantu pertahanan dengan membukukan sembilan rebound. Itu kali kedua beruntun bagi Febri sebagai top scorer.

Di sisi lain, pelatih Hangtuah Apriyadi menyatakan bangga meski anak asuhnya kalah. Menurut dia, anak asuhnya tak pantas kalah jika melihat bagaimana Tri Wilopo dkk mendikte permainan CLS.

Sayang, kematangan para pemain Hangtuah masih berada di bawah penggawa CLS. Beberapa kali pemain Hangtuah gagal memanfaatkan peluang. Salah satunya, free throw pada saat-saat genting.

"Tim ini memang improve. Namun, sekumpulan pemain muda yang tengah improve tentu membutuhkan thinking player yang memadai. Di tim ini, pemain yang memiliki knowledge gamebagus masih kurang," ujar Apriyadi.

Faktor kematangan itu yang membuat anak asuhnya terlihat mengalami penurunan mental saatovertime. Beberapa kali para pemain Hangtuah gagal memasukkan bola dari free throw. Menurut Apriyadi, selain fisik yang menurun, itu disebabkan mental yang belum siap.

"Tapi, anak-anak bisa mendikte mereka (CLS). Hanya, anak-anak memang belum bisa melakukanadjustment dengan baik. Mereka menerima instruksi pelatih mentah-mentah. Ini pelajaran berharga untuk kami semua," tegas Apriyadi. (ru/c13/ang)


(sumber : http://www.nblindonesia.com/v1/index.php?page=newsdetail&id=2401 )

Skuad Muda Garuda Gilas NSH GMC




Tren positif Garuda Kukar Bandung berlanjut. Tim yang bermaterikan pemain muda ini tampil dominan saat meladeni NSH GMC Riau dalam lanjutan Speedy NBL Indonesia 2012-2013 seri I Bandung di GOR C-Tra Arena, Selasa (27/11). Garuda tampil beringas menggilas NSH GMC dengan skor telak 91-41.

Diperkuat kembali oleh Hendru Ramli, dominasi Garuda sudah terlihat sejak kuarter pertama. Memasang dua rookie (Diftha Pratama dan Chandistira Pranatyo) mendampingi para seniornya sebagai starter, Garuda benar-benar tidak terhentikan. Pergerakan Fadlan Minallah di bawah ring NSH GMC sangat sulit terhenti. Demikian pula Hendrik Agustinus dan juga ketika Vinton masuk bermain. Fadlan mencetak delapan poin di kuarter pertama sebagai bagian dari total 31 angka yang diraih Garuda. NSH GMC sendiri hanya mampu mencetak delapan poin.

Kekuatan big man Garuda diteruskan oleh pemain tahun kedua Garuda, Dhiya Ulhaq. Tidak mencetak angka di kuarter pertama, Dhiya tancap gas di kuarter kedua. Namun sayang, secara keseluruhan Garuda tidak segarang di kuarter pertama. Garuda menutup kuarter kedua dengan keunggulan marjin 30 poin, 47-17.

Ryan Febriyan menjadi satu dari sedikit pemain NSH GMC yang bermain sangat efektif. Ryan konsisten saat bertahan dan sangat baik ketika melakukan offense. Total delapan poin telah diraih Ryan bagi timnya hingga akhir kuarter ketiga dalam rata-rata 75 persen pada field goals.

Garuda yang berada di atas angin, leluasa menggonta-ganti pemainnya di kuarter terakhir. Wan Amran, kepala pelatih Garuda bahkan beberapa kali mengganti lima pemainnya sekaligus. Performa Hendrik kembali meninggi di kuarter terakhir dengan tambahan tujuh poin. Semuanya hasil usaha Hendrik dari jibaku di bawah ring.

Hanya Jonathan Elyaday yang tidak mencetak poin bagi Garuda. Lima pemain bahkan meraih poin dengan digit ganda. Chandistira Pranatyo dan Surliyadin 12 poin, Fadlan Minallah dan Hendrik masing-masing 11 poin, dan Hendru Ramli tertinggi dengan 13 poin. Sementara dari kubu NSH GMC, Ryan dan Juliano Gandhi terbanyak dengan masing-masing 10 poin.

”Kemenangan ini dampak dari grafik mental anak-anak yang menanjak setelah menang lawan Stadium,” ujar AF. Rinaldo, asisten pelatih Garuda . ”Kita bukan hanya memikiran kemenangan saja dari game ini, tapi kita juga memanfaatkan jam terbang para pemain muda untuk siap menghadapi pertandingan sisa yang sangat sulit,” sambung pria yang akrab disapa Inal ini.*

Dell Aspac Tembus 100 Angka Pertama di 2012


Penampilan Dell Aspac Jakarta pada lanjutan seri II NBL Indonesia di Sritex Arena Solo sulit dibendung oleh rival sekotanya Comfort Mobile BSC Jakarta.
Aspac sukses mengungguli BSC di setiap kuarter dan keluar sebagai pemenang dengan skor fantastis 101-47. Pringgo Regowo tampil sebagai bintang pada pertandingan tersebut dengan raihan 21 angka 12 Rebound dan satu steal diikuti Xaverius Prawiro dengan 20 angka dan 2 rebound.
Selain kedua pemain diatas, kemenangan Aspac atas BSC tidak bisa dilepaskan dari peran Isman Thoyib yang mampu menjaga daerah bawah ring Aspac dengan baik. Dua blok ia lakukan kepada dua pemain BSC yakni Susanto dan Rendra Rudini.
Aspac menutup kuarter pertama dengan fantastis unggul jauh atas BSC 18-5. Kuarter kedua meski BSC mulai memberikan perlawanan namun itu semua belum cukup untuk meredam kekuatan para pemain Aspac. BSC pun masih tertinggal dengan skor 45-22.
Kembalinya Thoyib pada kuarter ketiga semakin memperparah torehan angka yang diciptakan oleh BSC. Mereka hanya mampu menambah 10 angka pada kuarter ini dan tertinggal semakin jauh dengan 66-32.
Kuarter pamungkas sepenuhnya menjadi milik Aspac. Setidaknya 35 angka berhasil mereka ciptakan guna menutup pertandingan dengan kemenangan 101-47 atas BSC. Oei Abraham Trisakti menjadi eksekutor terakhir Aspac yang mengantarkan mereka menjadi tim pertama yang mencetak di atas 100 angka pada NBL musim 2011-2012.

Selasa, 27 November 2012

NBL INDONESIA


TEKNIK DASAR PERMAINAN BOLA BASKET

1. Passing dan Catching
Passing berarti mengoper, sedangkan catching artinya menangkap. Setiap pemula harus belajar mengenai cara mengoper dan menangkap bola dengan temannya. Ingat, kemampuan mengoper dan menangkap harus sama baiknya, tidak boleh hanya mahir sebagian. Dalam passing terdapat beberapa teknik antara lain :
a. Chest pass (operan setinggi dada)
Operan ini dimulai dari memegang bola di depan dada,  kemudian bola dilempar lurus dengan telapak tangan ke arah luar.
b. Bounce pass (operan pantul)
Sama dengan chest pass, bedanya hanya lemparan diarahkan ke lantai, usahakan titik pantulnya berada di 3/4 jarak dari pengoper bola.
c. Overhead pass (operan diatas kepala)
Operan dilakukan dengan kedua tangan berada di atas. Penerima bola juga menangkap dengan posisi tangan di atas.
d. Baseball pass
Operan ini dilakukan di atas/belakang kepala, bertujuan agar passing melambung dan melewati lawan. Operan jarak jauh yang dilakukan biasanya lebih dari setengah panjang lapangan. Operan ini tidak terlalu akurat namun berguna pada fast break.
e. Behind the back pass
Teknik gerakan behind the back pass merupakan gerakan yang rumit untuk para pemula. Butuh latihan tekun dan berulang-ulang untuk bisa melakukan gerakan ini dengan baik dan benar. Operan ini sekarang sudah menjadi senjata menyerang yang umum. Keunggulan umpan ini yaitu lawan tidak mengetahui sasaran yang ingin dituju.

2. Dribbling (menggiring bola)
Prinsip dalam mengajarkan teknik dribble antara lain:
•    Kontrol pada jari-jari tangan
•    Mempertahankan tubuh tetap rendah
•    Kepala tegak
•    Melatih kedua tangan agar sama-sama memiliki dribble yang bagus
•    Lindungi bola (protect the ball)
Macam-macam dribble :
a.  Change of pace dribble
Dribble ini adalah yang paling umum dalam bola basket dan digunakan untuk membuat pemain bertahan berfikir bahwa pelaku dribble akan memperlambat atau mempercepat tempo dribble.
b. Low or control dribble
Dribble ini dilakukan setiap kali pemain dijaga dengan ketat. Tipe dribble ini digunakan untuk menjaga bola agar tetap rendah dan terkontrol. Bola didribble di sisi tubuh, jauh dari pemain bertahan. Telapak tangan yang mendribble bola diusahakan agar tetap berada di atas bola.
c. High or speed dribble
Ketika pemain berada di lapangan terbuka dan harus bergerak secepatnya dengan bola, maka ia akan menggunakan dribble ini. Ketika berlari dengan cepat, pemain akan mendorong bola di depannya dan membiarkan bola melambung ke atas setinggi pinggulnya. Tangan yang mendribble tidak berada di atas bola, melainkan di belakang bola.
d.  Crossover dribble
Crossover dribble adalah gerakan memindahkan bola dari tangan yang satu ke arah tangannya yang lain. Gerakan ini sangat bagus untuk memperdaya pemain bertahan. Namun bola bisa dicuri bila dribble tidak dilakukan dengan baik, karena posisi bola tidak terjaga.
e. Behind the back dribble
Jenis dribble ini digunakan ketika pemain mengganti arah supaya terbebas dari pemain bertahan. Bola digerakkan dari satu sisi tubuh ke sisi tubuh yang lain dengan mengayunkannya di belakang tubuh.
f. Between the legs dribble
Dribble ini adalah cara yang cepat untuk memindahkan bola dari satu tangan ke tangan yang lain melewati sela kaki. Digunakan ketika pendribble bola dijaga dengan ketat atau ingin mengganti arah.
g. Spin dribble
Dribble ini dilakukan untuk mengganti arah dan memantulkan bola dari satu tangan ke tangan yang lain ketika dijaga dengan ketat. Dribble ini harus dilakukan dengan cepat. Saat dribble, dorong bola ke lantai dan berputar mengelilingi pemain bertahan.
3. Shooting (menembak bola ke arah keranjang)
a.  Set shoot
Tembakan ini jarang dilakukan pada permainan biasa. Karena jika penembak tidak melompat, maka tembakannya akan mudah dihalangi. Umumnya tembakan ini dilakukan saat lemparan bebas atau bila memungkinkan untuk menembak tanpa rintangan (free throw).
b. Lay-up shoot
Lay-up dilakukan di akhir dribble. Pada jarak beberapa langkah dari ring, penggiring bola secara serentak mengangkat tangan dan lutut ke atas ketika melompat ke arah keranjang.
c. Jump shoot
Tembakan ini sering dilakukan saat pemain menyerang tidak bisa mendekati keranjang. Tembakan ini sangat sulit dihalangi karena dilakukan pada titik tertinggi lompatan vertical penembak.
4. Cara berputar (Pivot)
Pivot adalah gerakan memutar badan dengan menggunakan salah satu kaki sebagai poros putaran (setelah kita menerima bola). Ada tiga alternatif gerakan yang bisa dilakukan:
a. Pivot kemudian dribble (membawa bola)
b. Pivot kemudian passing (melempar bola)
c. Pivot kemudian shooting (menembakan bola)
5. Jump stop
Jump stop merupakan sebuah gerak berhenti terkendali dan dengan menggunakan dua kaki. Jump stop bisa digunakan pemain penyerang untuk memantapkan kaki yang akan dipakai untuk pivot (poros), menghindari traveling, dan mempertahankan keseimbangan tubuh dengan baik.
6. Rebound
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat rebound yaitu make contact, box out, dan jump to the ball. Dalam era basket modern sekarang ini diperlukan gerakan rebound dalam suatu pertandingan. Apabila sebuah tim tidak mempunyai keinginan untuk melakukan defensive rebound maupun offensive rebound, dapat dipastikan tim itu akan kehilangan banyak kesempatan kedua untuk melakukan score pada saat pertandingan.
Demikian artikel ini saya buat semoga bisa membantu para pemain usia dini dan amatir bisa lebih mengenal dan mengetahui teknik-teknik dasar dalam bola basket .
Penting buat para pelatih untuk memberikan sebuah variasi latihan yang baik dan mengena kepada para pemain usia dini dan amatir. Menjadi hal yang sangat penting bagi pemain agar tidak merasakan jenuh karena materi latihan dari pelatih kurang bervariasi.
Teknik Dasar Dalam Olahraga Bola Basket
Teknik Dasar Dalam Olahraga Bola Basket
Teknik Dasar Dalam Olahraga Bola Basket - LeBron James melakukan teknik passing. Sumber Foto : http://goo.gl/JhUki
Teknik Dasar Dalam Olahraga Bola Basket - LeBron James melakukan teknik passing. Sumber Foto : http://goo.gl/JhUki
Teknik Dasar Dalam Olahraga Bola Basket - Stephen Curry melakukan teknik dribble dengan baik. Sumber Foto : http://goo.gl/ZqE75
Teknik Dasar Dalam Olahraga Bola Basket - Stephen Curry melakukan teknik dribble dengan baik. Sumber Foto : http://goo.gl/ZqE75
Teknik Dasar Dalam Olahraga Bola Basket - Teknik shooting yang dilakukan Kyle Korver. Sumber Foto : http://goo.gl/R478M
Teknik Dasar Dalam Olahraga Bola Basket - Teknik shooting yang dilakukan Kyle Korver. Sumber Foto : http://goo.gl/R478M
Teknik Dasar Dalam Olahraga Bola Basket - Tyler Hansbrough sedang melakukan pivot. Sumber Foto : http://goo.gl/kefIW
Teknik Dasar Dalam Olahraga Bola Basket - Tyler Hansbrough sedang melakukan pivot. Sumber Foto : http://goo.gl/kefIW
Teknik Dasar Dalam Olahraga Bola Basket - LeBron James melakukan jump stop saat melewati Dwight Howard. Sumber Foto : http://goo.gl/dB3Su
Teknik Dasar Dalam Olahraga Bola Basket - LeBron James melakukan jump stop saat melewati Dwight Howard. Sumber Foto : http://goo.gl/dB3Su
Teknik Dasar Dalam Olahraga Bola Basket - Nowitzki melakukan rebound. Sumber Foto : http://goo.gl/q7Sx4
Teknik Dasar Dalam Olahraga Bola Basket - Nowitzki melakukan rebound. Sumber Foto : http://goo.gl/q7Sx4

Streetball


JURNAL KINESIOLOGI DAN BIOMEKANIKA



EFEK PENDEKATAN SUDUT PADA AKURASI TENDANGAN PENALTI DAN KINEMATIK TENDANGAN PADA PEMAIN-PEMAIN SEPAKBOLA REKREASI

Joanna Scurr dan Ben Hall
Department of Sport and Exercise Science, University of Portsmouth, Portsmouth, UK

ABSTRAK
Akurasi tendangan adalah komponen yang sangat penting dalam menendang penalti, yang mana dipengaruhi oleh sudut tendangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pengambilan sudut tendangan terhadap akurasi tendangan dan tiga dimensi kinematik tendangan pada tendangan penalti. 7 laki-laki pemain sepakbola rekreasi amatir berusia rata-rata 26  ± 3 tahun, masa tubuh 74.0 ± 6.8 kg, tinggi badan 1.74 ± 0.06 m, yang sebagian besar dominan kaki kanan, menendang penalti ke target 0.6 x 0.6 m pada gawang dengan ukuran maksimal dari sudut yang mereka pilih sendiri, 30º, 45º dan 60º (arah tendangan adalah 0º). Akurasi tendangan dan tiga dimensi kinematik direkam. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan dalam hal akurasi tendangan (p<0.05) atau kecepatan bola (p=0.59) antara pendekatan sudut-sudutnya. Rotasi panggul sangat signifikan dengan pendekatan sudut di bawah 45º dan 60º daripada selama pendekatan sudut dengan cara memilih sendiri (p<0.05). Penyimpangan paha pada kaki yang menendang pada saat benturan dengan menggunakan sudut 60º jauh lebih baik daripada memilih sendiri (p=0.01) dan dengan menggunakan sudut 30º. Dapat disimpulkan bahwa perbedaan pemilihan sudut sendiri dalam menendang penalti pada level pemain non-profesional tidak meningkatkan akurasi tendangan ataupun kecepatan bola, meskipun mengubah aspek teknik yang mendasarinya.

Kata-kata kunci           : biomekanik, tiga dimensi, tendangan kura-kura, sepakbola

PENDAHULUAN
Sepakbola adalah olahraga paling populer di dunia (Less dan Nolan, 1998). Biomekanik sering digunakan dalam sepakbola untuk mengukur karakteristik skill, untuk memperoleh pengetahuan mengenai efektifitas mekaniknya dan mengetahui faktor-faktor penting untuk mencapai performa maksimalnya (Lees dan Nolan, 1998). Tendangan kura-kura telah menjadi subjek yang populer untuk diteliti dalam bidang analisis dan penelitian biomekanik (Barfield, dkk., 2002; Dorge dkk., 2002; Lees dan  Nolan, 2002; Nunome dkk., 2002; Shan and Westerhoff, 2005).  Subjek-subjek penelitiannya disuruh untuk menendang bola diam dari target yang berjarak 8- 12 m, sesuai dengan tendangan penalti. Kura-kura kaki sering digunakan ketika mengambil tendangan penalti, sebagai kombinasi untuk meningkatkan kecepatan bola dan akurasi tendangan agar bisa dijaga  (Lees and Nolan, 1998).
Sedikit penelitian dilakukan dalam aspek teknik tendangan penalti dalam olah raga sepakbola (Morya dkk., 2003), meskipun hal ini sangat penting dalam kompetisi. Ketika mengambil penalti, para pemain mungkin mengadopsi strategi ‘open loop’ dengan memilih salah satu sudut gawang sebagai sasaran, dengan mengindahkan gerakan yang akan diambil oleh kipper (Kuhn, 1988). Mempertimbangkan akurasi tendangan pemain professional modern, dan waktu yang diperlukan oleh kipper untuk menjangkau sudut gawang (Morris dan Burwitz, 1989), sangat mengejutkan bahwa 25% sampai 33% tendangan penalti pada kompetisi resmi meleset (Kuhn, 1988). Jadi, perlu adanya ujian terhadap faktor-faktor yang melandasi keberhasilan tendangan penalti.
Tendangan penalti adalah komponen penting dalam permainan sepakbola, dan dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk menendang bola dalam area yang telah ditetapkan (Finnoff dkk., 2002). Finnoff dkk. (2002) mengusulkan metode yang valid dan reliable dalam mengukur akurasi adalah dengan mengukur jarak bola dari target yang ditentukan. Metode ini memberikan informasi tentang derajat akurasi sebagai gambaran untuk mempermudah kemampuan untuk mengenai atau meleset dari target.
Ketika mengambil tendangan penalti, seringkali pemain-pemain sepakbola mendekati bola dengan (Kellis dkk., 2004). Pada permainan umumnya, pendekatan sudut ditentukan oleh kehendak pemain dan situasi menendang (Lees dan  Nolan, 1998). Pendekatan sudut yang ditentukan biasanya digunakan sebagai orientasi tubuh untuk memperoleh keleluasaan gerak pinggul dan lutut yang lebih baik, dan memungkinkan kaki yang menendang untuk miring di bidang terdepan sehingga kaki itu bisa kemudian ditempatkan di bawah bola, hal ini dapat menimbulkan benturan yang lebih baik terhadap bola (Lees dan Nolan, 1998). Isokawa dan Lees (1988) meneliti efek pendekatan sudut pada kinematik tendangan pada pelatih sepakbola. 6 subyek laki-laki mengambil sekali langkah untuk menendang bola yang diam dengan menggunakan pendekatan sudut 0º, 15º, 30º, 45º, 60º dan  90º.  Mereka menemukan bahwa pendekatan sudut 30º sampai  45º adalah optimal, dengan kecepatan maksimum tulang kering diperoleh pada sudut 30º dan kecepatan maksimal bola diperoleh pada sudut 45º. Namun, mereka tidak meneliti pendekatan sudut dengan akurasi tendangan, dan ditemukan juga bahwa belum pernah ada penelitian lanjutan ya dilakukan untuk meneliti perbedaan pendekatan sudut dan akurasi tendangan oleh pemain-pemain sepakbola non-profesional.
Sebagian besar data kinematik yang dilaporkan dalam kepustakaan telah dianalisis menggunakan dua dimensi, metode sagittal plane (Lees dan  Nolan, 1998). Sedikit sekali penelitian tiga dimensi pernah dilakukan (Brown dkk.,1993; Levanon dan Dapena, 1998; Rodano dan Tavana, 1993) tetapi hal ini belum menunjukkan munculnya pergerakan khususnya pada bidang garis potong, seperti rotasi pinggul. Peningkatan rotasi pinggul saat menendang membuka pangkal paha, menyebabkan panggul bergerak melalui jarak gerakan yang lebih luas dan memperlambat waktu benturan dengan bola, yang bisa memberi dampak positif pada akurasi (Barfield, 1998). Lees dan  Nolan (2002) membandingkan kinematik, termasuk rotasi panggul, ketika menendang untuk kecepatan dan akurasi dengan menggunakan analisis tiga dimensi, tetapi mereka tidak mengubah pendekatan sudutnya. Mereka menemukan bahwa peningkatan kecepatan pada bola, ketika menendang untuk kekuatan yang merupakan lawan dari akurasi, diasosiasikan dengan jarak pergerakan pinggul dan lutut yang lebih baik.
Jelas bahwa tendangan kura-kura, dalam hal tendangan penalti, telah menjadi subyek pada sebagian besar penelitian biomekanik dalam hal menendang di bidang sepakbola. Namun, muncul gap dalam kepustakaan, khususnya yang berhubungan dengan akurasi tendangan penalti, dimana skill tidak dideskripsikan secara luas. Hubungan antara pendekatan sudut, kinematik dan akurasi tendangan tetap menjadi misteri. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian awal ini adalah untuk menguji efek pendekatan sudut pada kinematik tiga dimensi dan akurasi tendangan penalti. Berdasarkan penelitian sebelumnya, di hipotesiskan bahwa pendekatan sudut 45° akan secara sihnifikan meningkatkan akurasi tendangan dan kecepatan bola, saat mengubah kinematik tendangan, dalam hal ini adalah meningkatkan rotasi panggul.

METODE PENELITIAN
Subyek Penelitian
7 laki-laki pemain sepakbola rekreasi amatir berusia rata-rata 26  ± 3 tahun, masa tubuh 74.0 ± 6.8 kg, tinggi badan 1.74 ± 0.06 m, secara sukarela berpartisipasi dalam penelitian ini. Semua subyek telah berpengalaman dalam permainan rekreasi selama minimum 5 tahun, yang semuanya dominan menggunakan kaki kanan dan memiliki pengalaman dalam mengambil tendangan penalti baik di latihan maupun pertandingan. Semua subyek telah secara kelembagaan diizinkan untuk menjadi penelitian ini.

Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan diluar ruangan pada lapangan sepakbola buatan dan semua subyek memakai astro turf trainers mereka. Semua subyek mengikuti pemanasan, latihan pelemasan dan 6 latihan pembisaaan dengan menyuruh setiap subyek menendang penalti dengan semua sudut, dengan menekankan pada akurasi, menggunakan kura-kura kaki dengan kecepatan yang bisaanya mereka gunakan saat menendang penalti. Semua subyek secara total menendang 24 penalti, menggunakan bola standar ukuran 5, dengan target 0.6 x 0.6 m plywood yang ditempatkn di sudut kanan bawah pada gawang berukuran (7.32 x 2.44 m). Pusat target ditandai dengan tanda silang. Empat pendekatan sudut digunakan; sudut yang dipilih sendiri, 30º, 45º dan 60º, dengan garis tegak lurus 0º terhadap tiang gawang. Sudut yang dipilih sendiri digunakan pertama, diikuti dengan tiga pendekatan sudut yang diujikan dengan urutan acak; hal ini ditandai jelas dengan astro turf untuk diikuti oleh subyek. Jarak pendekatan dipilih subyek untuk menstimulasikan situasi menendang penalti; sebagian besar subyek mengambil antara 3-5 langkah. Jarak pada pendekatan yang dipilih oleh subyek ditentukan saat latihan pembisaaan dan tetap konsisten selama test. 6 percobaan direkam pada setiap kondisi.
8 poin frame pengujian digunakan untuk menguji ruang dimana subyek melakukan tendangan (penalti spot). Semua tendangan direkam secara visual menggunakan 2 kamera digital 50 Hz (Sony, TRV 900E) pada shutter speed 10 kHz. Satu kamera diposisikan di sebelah kiri gawang dan yang lainnya pada sudut 95º berbeda dengan kamera pertama, 5m ke kanan gawang. Untuk semua target tendangan difilmkan menggunakan digital kamera 25 Hz (JVC, GX N7S) untuk menganalisa akutrasinya. Kamera ini diposisikan pada jarak sekitar 30 m secara langusng segaris dengan target, menangkap pandangan lapangan sekitar 3 m kesamping dan keatas target. Tanda-tanda ditempel pada tanda anatomi pada kedua sisi badan, tubercle of humerus yang lebih besar, trochanter yang lebih besar, anterior superior illiac spine, lateral femoral epicondyles, lateral malleolus dan aspek lateral dari metatarsal kelima.

Analisis Data
Semua tendangan pada tiap kondisi, akurasinya direkam dengan jarak dari pusat bola ke pusat target dalam hitungan meter menggunakan software SiliconCOACH Pro (versi 5.1.5.0, New Zealand). Penghitungan akurasi diambil 0.08 detik sebelum bola menyentuh belakang net, dalam gawang adalah 1.8 m, nilai rata-rata kecepatan bola adalah 24.3 m.s-1 (± 2.4 m.s-1) yang berarti bahwa pengukuran ini diambil 0.1 m sebelum garis gawang. Mengikuti analisis akurasi tendangan, tendangan paling akurat pada tiap kondisi oleh tiap subyek dipilih untuk analisa kinematik. Analisis kinematik dilakukan menggunakan digitalisasi semi-automatis pada software Simi Motion 3D (versi 5.5, Simi Reality Motion Systems GmbH, Jerman), data direkonstruksi dan dianalisis pada tiga dimensi menggunakan prosedur direct linear transformation. Kamera disinkronisasikan menggunakan event synchronisation  selama tubrukan kaki dengan bola. Rate frame kamera disinkronisasikan pada software Simi, dengan mengukur waktu antara kamera di sinyal DV dan tiba pada port Firewire (memberi akurasi ± 0.01 detik). Tanda-tanda anatomi yang telah dipilih didigitalisasi, bersama dengan pusat bola.
Beragam variabel kinematik dipilih untuk mengidentifikasi aspek-aspek kunci pada suatu performa; kecepatan bola mutlak maksimal, sudut penyimpangan tulang kering (diproyeksikan pada bidang paling depan), kemiringan panggul anterioposterior (diproyeksikan pada bidang yang lentur), sudut penyimpangan paha (diproyeksikan pada bidang paling depan), pergelangan kaki dorsiflexion (diproyeksikan pada bidang yang lentur), kelenturan pinggul (diproyeksikan pada bidang yang lentur) kelenturan lutut dan kaki pendukung (diproyeksikan pada bidang yang lentur); rotasi garis potong panggul (sekitar garis vertical) dan jarak pergerakan kelenturan lutut dari permulaan sampai selesai menendang. Pemindahan dukungan kaki yang lain dan pantat dari bola saat benturan juga diukur sebagai aspek sampingan dari metatarsal kelima terhadap pusat bola.

Analisis Statistik
Analisis statistik dilakukan menggunakan SPSS (v12.0.1). Semua data diperiksa kenormalannya dengan menggunkan tes Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk, dimana normalitas diasumsikan jika p > 0.05. Non-parametric Friedman dengan tes Post Hoc (Mann-Whitney U) digunakan untuk membandingkan perbedaan akurasi tiap pendekatan sudut yang diambil. Perbedaan parametrik dalam kinematik tendangan antara kondisi pendekatan dianalisa menggunakan pengulangan ukuran MANOVA (dengan pendekatan sudut sebagai variable bebas dan kinematik tendangan sebagai variable terikat). Variable akurasi tendangan dan kecepatan bola menunjukkan kekuatan dalam statistic sebesar 0.8. Dengan level alpha p <0.05 dibuat untuk semua tes statistik.
TABEL 1
Rata-rata (±standar deviasi) nilai untuk akurasi tendangan dan kecepatan bola maksimal pada tiap kondisi pendekatan sudut.
Kondisi pendekatan
Pilihan sendiri
30.3º (15.2º)
30º
45º
60º
Akurasi (m)
.94 (.67)
1.21 (.65)
1.09 (.73)
1.13 (.68)
Kecepatan bola (ms-1)
25.15 (2.07)
24.23 (2.30)
24.47 (2.12)
23.51 (2.36)

Hasil Penelitian
Sudut yang dipilih sendiri adalah 30.3 ± 15.2º (rata-rata ± s); jarak = 39º. Rata-rata hasil akurasi tendangan, menggambarkan jarak (dalam meter) dari pusat target, dibawah kondisi keempat pendekatan (lihat tabel 1) adalah sama (X2 = 3.97,3, p = 0.26). Semua subyek juga menunjukkan kecepatan bola yang sama untuk setipa pendekatan sudut (F = 0.65,3, p = 0.59).
Data pada tabel 2 menunjukkan nilai rata-rata ciri-ciri kinematik tendangan saat benturan. Sudut penyimpangan paha tiap subyek meningkat seiring dengan meningkatnya pendekatan sudut yang diambil, memungkinkan paha kaki yang menendang menjadi menyimpang saat benturan. Sudut penyimpangan paha dibawah pendekatan 60º lebih besar ketimbang pendekatan sudut dengan dipilih sendiri (p = 0.01) dan pendekatan 30º (p = 0.04). Tidak ada perbedaan signifikan diantara semua pendekatan sudut untuk semua variable kinematik yang ditunjukkan pada tabel 2 (p > 0.05).
Data pada tabel 3 menunjukkan rotasi panggul dan pergerakan jarak kelenturan lutut dari permulaan sampai selesai menendang. Subyek menunjukkan rotasi panggul yang lebih besar ketika menggunakan pendekatan sudut yang lebih besar. Nilai dibawah pendekatan sudut 45º dan 60º secara signifikan lebih besar daripada saat pendekatan sudut yang dipilih sendiri (p < 0.05). tidak terdapat perbedaan yang signifikan ditemukan pada pergerakan jarak kelenturan lutut antara tiap pendekatan sudut (F = 2.76,3, p = 0.06).

Diskusi
Hasil penelitian awal ini menunjukkan akurasi tendangan penalti tidak bisa ditingkatkan dengan mengubah pendekatan sudut pemain-pemain rekreasi (Tabel 1), yang mana gagal menunjukkan hasil untuk mendukung hipotesis penelitian pertama. Karena sedikitnya penelitian tentang efek pendekatan sudut pada akurasi tendangan pada level amatir, maka hanya sedikit perbandingan yang bisa dilakukan. Dengan pemain-pemain professional, Isokawa dan Lees (1988) melaporkan pendekatan sudut 30º sampai 45º akan optimal karena kecepatan maksimum tulang kering dan bola, tetapi mereka tidak mengukur akurasi tendangan. Kemampuan subyek mungkin dapat menjelaskan pengukuran akurasi secara garis besar, dan konsekuensinya adalah kurang berkembangnya performa. Telah dijelaskan bahwa tendangan bisa ditingkatkan dengan latihan dan merupakan skill paling berkembang pada pemain-pemain profesional, dimana pemain-pemain amatir menunjukkan ketidakkonsistenan koordinasi pergerakan (Davids dkk., 2000; Lees dan Nolan, 1998).
Tabel 2
Rata-rata (±standar deviasi) deskriptor kinematik tendangan saat benturan pada tiap kondisi pendekatan sudut.
Kondisi pendekatan
Pilihan sendiri
30.3º (15.2º)
30º
45º
60º
Sudut  (derajat)




Dorsiflexion pergelangan kaki
130.2 (11)
129.6 (11.1)
132.3 (11.6)
130.3 (13.3)
Penyimpangan tulang kering
21.3 (84)
20.6 (6.6)
27.4 (8.5)
28.9 (7.2)
Kelenturan lutut
156.2 (10.1)
162.2 (8.8)
160.5 (9.7)
163.7 (9.8)
Kelenturan lutut kaki penunjang
135.3 (7.8)
141.4 (10.9)
136.7 (7.8)
140.6 (7.5)
Kelenturan pinggul
147.6 (5)
148.5 (3.3)
149.9 (5.4)
153.1 (5.2)
Penyimpangan paha
20 (9)*
21.9 (7.5) *
29.9 (8.3)
33 (3.5)
Kemiringan panggul
7.4 (4.8)
6.4 (4.2)
9 (4.6)
7.7 (2.7)
Penempatan (cm)




Penempatan kaki penunjang sampingan dari bola
32.7 (7)
31.1 (7.7)
34.6 (6.1)
41 (13.5)
Penempatan posteriror kaki penunjang dari bola
9.7 (8.1)
10.6 (9.2)
11.3 (9.1)
11.7(5.3)
*Secara signifikan berbeda dengan pendekatan 60º (p<0.05)

Tabel 3
Rata-rata (±standar deviasi) jarak pergerakan dalam derajat pada tiap kondisi pendekatan sudut.
Kondisi pendekatan
Pilihan sendiri
30.3º (15.2º)
30º
45º
60º
Rotasi panggul
26.6 (11.7)
38.1 (17.5)
54.2 (9.5) *
55.9 (13.9) *
Kelenturan lutut
68.1 (18.6)
71.9 (19.5)
86.1 (13.1)
89.4 (14.3)
*Secara signifikan berbeda dengan pendekatan sudut yang dipilih sendiri (p<0.05)

Kecepatan bola tetap sama di semua kondisi pendekatan (Tabel 1), yang juga gagal mendukung hipotesis penelitian pertama. Dengan pengecualian pada Isokawa dan Lees (1988) yang mana terdapat sedikit penelitian tentang efek pendekatan sudut pada kecepatan bola. Isokawa dan Lees (1988) menemukan bahwa pendekatan sudut 45° sangat optimal untuk kecepatan bola maksimal pada pemain-pemain professional. Pada penelitian ini yang mana mengubah sudut yang dipilih sendiri oleh pemain-pemain rekreasi menunjukkan tidak adanya peningkatan dalam hal kecepatan bola.
Ada bukti yang memperluas bahwa aspek pengubahan pendekatan sudut walaupun ada teknik yang menggarisbawahinya tidak meningkatkan hasil tendangan. Rotasi panggul secara signifikan lebih besar dari pendekatan sudut 45º dan 60º dibandingkan dengan sudut yang dipilih sendiri (Tabel 3), yang secara parsial mendukung hipotesis penelitian kedua. Data rotasi pangguljuga mendukung Lees dan Nolan (1998) deskripsi pergerakan yang mana pendekatan sudut 45º membuka pinggul sebelum benturan, memungkinkan panggul bergerak melewati jarak pergerakan yang lebih luas selama menendang. Jarak pergerakan panggul ynag lebih luas memungkinkan penendang untuk tetap menyentuh bola dalam waktu yang lebih lama, meningkatkan kemungkinan untuk menendang tepat sasaran (Barfield, 1998). Bagaimanapun juga, tidak ada bukti yang menyatakan bahwa peningkatan teknik ini meningkatkan hasil tendangan para pemain-pemain rekreasi.
Sudut penyimpangan subyek meningkat seiring dengan meningkatknya pendekatan sudut (Tabel 2) menyebabkan paha kaki yang menendang menjadi lebih menyimpang saat benturan. Hal ini mendukung deskripsi pergerakan Davids dkk. (2000) yang menyatakan bahwa pendekatan sudut sekitar 45º atau lebih akan memiringkan tubuh ke satu sisi, mengangkat pinggul kaki yang menendang, memungkinkan paha dan tulang erring menjadi miring pada latar depan. Hal ini memungkinkan kaki yang menendang kemudian menjadi dibawah bola, yang seperti telah dilaporkan meningkatkan benturan terhadap bola (Lees dan Nolan, 1998). Hal ini sebagai bukti pada penelitian ini bahwa peningkatan ini pada teknik tidak meningkatkan hasil tendangan pada pemain-pemain rekreasi.
Mengubah pendekatan sudut menunjukkan tidak ada efek signifikan pda sebagian besar analisa kinematik pada pemain-pemain rekreasi: dorsiflexon pergelangan kaki, penyimpangan tulang kering, kelenturan lutut saat menendang dan kaki pendukung, kelenturan pinggul, kemiringan panggul, shank abduction, bantuan kaki samping dan penempatan pantat, jarak kelenturan lutut pergerakan semuanya sama untuk setiap pendekatan sudut (p > 0.05). Kelenturan lutut pada kaki pendukung saat benturan (tabel 2) sama dengan sepeti yang dilaporkan oleh Lees dan Nolan (2002). Lees dan Nolan (2002) menemukan bahwa meninkatkan kelenturan lutut menurunkan tubuh dan memungkinkan kaki yang menendang sedikit lentur saat benturan, hai ini memungkinkan benturan bbola yang benar dan meningkatkan kecepata bola pada pemain professional, namun, hanya ada sedikit penelitian tentang pemain-pemain rekreasi untuk membandingkan penelitian ini. Data penempatan kaki penunjang (tabel 2) dibawah pendekatan sudut yang dipilih sendiri dan 30º sama dengan yang dilaporkan oleh McLean dan Tumilty (1993) dan Hay (1985), sekitar 30 cm ke samping dan 10 cm dibelakang bola.
Penempatan target di satu sudut gawang memberikan validasi ekologi lebih pada metodologinya. Finnoff dkk. (2002) menempatkan target pada tengah-tengah gawang untuk menganalisa akurasi tendangan. Bagaimanapun juga, pada prakteknya pemain-pemain sepakbola seringkali mencari salah satu sudut gawang saat mengambil penalti, karena posisi kipper yang di tengah-tengah gawang. Seringkali kipper akan sangat susah mementahkan tendangan penalti ketika bola menjurus ke salah satu sudut gawang dengan kecepatan yang cukup. Untuk pemain dengan dominan kaki kanan, pendekatan sudut yang tajam ketika menendang kearah sudut kanan gawang mungkin memperdaya kipper yang kemungkinan mengantisipasinya kearah sudut kiri gawang karena arah pendekatan mereka.  
Hal ini menarik ketika mengetahui bahwa perubahan signifikan pada kinematik dari berbagai macam pendekatan sudut tidak mempengaruhi akurasi tendangan dan kecepatan bola selama menendang penalti pada pemain-pemain rekreasi. Hal ini menganjurkan bahwa faktor-faktor tersebut (kinematik dan pendekatan sudut) tidak penting dalam latihan akurasi pada pemain-pemain rekreasi, penelitian lanjutan diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor penting untuk latihan akurasi pada level pemain ini. Kekurangan penemuan penelitian ini membatasi rekomendasi yang bisa dianjurkan untuk meningkatkan akurasi tendangan pada pemain-pemain rekreasi, namun, akan sangat menarik jika menerapkan penelitian seperti ini pada pemain professional. Peneliian lanjutan pada bidang ini bisa bermanfaat dari ukuran sampel besar, namun, untuk tujuan perbandingan penelitian ini menggunakan ukuran sampel yang sama dengan Lees dan Nolan (1998) dan memberikan data awal pada bidang baru ini. Penggunaan permukaan buatan dan pelatih astro turf mungkin telah menjadi batasan, sebagaimana sedikit pertandingan sepakbola dimainkan dalam kondisi ini. Penelitian lanjutan harus menggunakan permukaan permainan asli dan alas kaki. Akhir kata, penelitian lanjutan pada bidang ini mungkin bermanfaat dari periode intervensi untuk mengizinkan subyek untuk mengadopsi kondisi eksperimen.

Kesimpulan
Untuk pemain-pemain sepakbola rekreasi dapat disimpulkan bahwa mengubah pendekatan sudut yang dipilih sendiri tidak meningkatkan akurasi tendangan dan kecepatan bolasaat menendang penalti. Namun, menendang dari pendekatan sudut 45º dan 60º dapat mengubah aspek teknik tendangan, seperti meningkatkan rotasi panggul dan penyimpangan paha pada kaki yang menendang saat benturan, yang dilaporkan memungkinkan benturan yang leih baik dengan bola (Barfield, 1998; Davids dkk., 2000; Lees dan Nolan, 1998). Sangat menarik untuk mencatat perbedaan teknik pada pemain-pemain rekreasi, penelitian lanjutan dibutuhkan untuk menentukan apakah perubahan ini jelas pada pemain-pemain proofesional, dan sebagai hasil untuk meningkatkan performa hasil tendangan

Kata Pengantar
Kami berterima kasih kepada Jurusan Ilmu Olahraga dan Kepelatihan, Universitas Portsmouth untuk pendaan penelitian ini. Selain itu juga untuk semua orang yang telah menyediakan waktunya untuk keberlangsungan penelitian ini.